Selasa, 17 Maret 2009

REVIEW JURNAL PENELITIAN KUALITATIF

A.JUDUL PENELITIAN
Judul Penelitian ini adalah Dinamika Prasangka Etnis Madura Terhadap Etnis Dayak Pasca Konflik

B.LATAR BELAKANG
Pemilihan judul dalam penelitian ini dilatar belakangi konflik yang terjadi antara Etnis Madura dengan Etnis Dayak, dimana dalam perkembangan selanjutnya pasca konflik orang-orang dari Etnis Madura menyimpan dendam terhadap Etnis Dayak. Oleh karenanya perlu dilakukan studi untuk mengetahui dinamika prasangka Etnis Madura Terhadap Etnis Dayak Pasca Konflik yang disinyalir sebagai penyebab timbulnya dendam Etnis Madura terhadap Etnis Dayak.
Konflik antara Etnis Madura dengan Etnis Dayak sebenarnya telah ditunjukkan sejak migrasi orang Madura ke Kalimantan, dimana hubungan antar kedua etnis sudah menunjukkan adanya ketidak harmonisan. Hubungan sosial keduanya diwarnai sikap saling prasangka dan menjaga jarak.
Terjadinya kerusuhan sampit disebabkan oleh rentetan kasus pada tahun 1983, yaitu perseteruan antara seorang Dayak dengan seorang Madura yang mengakibatkan tewasnya orang Dayak, peristiwa ini menghasilkan kesepakatan “jika orang Madura membuat kerusuhan lagi terhadap orang Dayak maka orang Madura bersedia meninggalkan Kalimantan Tengah”. Kesepakatan yang telah dibuat ternyata gagal mencegah konflik. Pada Januari 1999 kembali terjadi pertikaian yang melibatkan pengemudi taksi dan berlanjut pada tawuran antar golongan di Kumai, pada September 1999 seorang Dayak dan istrinya ditikam orang Madura dari belakang. Rentetan-rentetan kejadian tersebut kemudian meletus di kota Sampit Kalimantan Tengah pada pertengahan Februari 2001 (pada pertengahan April 2001 tercatat sekitar 108.000 pengungsi).
Pembantaian di Sampit telah meninggalkan luka yang teramat dalam bagi orang Madura sehingga muncul dendam terhadap Etnis Dayak yang dilampiaskan pada orang-orang Dayak yang menikah dengan orang Madura dan ikut mengungsi ke Madura. Bila hal ini dibiarkan berlarut-larut, dendam berbalas dendam akan tidak berkesudahan. Fenomena inilah yang melatar belakangi dilakukannya penelitian.

C.FOKUS STUDI
Pertanyaan dalam penelitian ini adalah:
1.Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya konflik antar etnis Madura dengan etnis Dayak?.
2.Bagaimana dinamika prasangka etnis Madura terhadap etnis Dayak pasca konflik?.
3.Faktor apa saja yang dapat mereduksi prasangka tersebut?

D.TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor penyebab konflik antar etnis Madura-Dayak, mengetahui dinamika prasangka etnis Madura terhadap etnis Dayak pasca konflik, dan mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang dapat mereduksi prasangka etnis.

E.KONTEKS WACANA
Etnisitas menurut Brewer dan Miller (1996) memiliki ciri-ciri antara lain: a). secara biologis mampu bertahan dan berkembang biak, b). memiliki nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan kebersamaan dalam suatu bentuk budaya, c). membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri, d). menentukan ciri kelompoknya sendiri yang dapat diterima dan dibedakan dari kelompok lain.

Seorang akan cenderung berperasangka terhadap kelompok sosial dan cenderung mengevaluasi anggota-anggota kelompok dalam kebiasaan tertentu (yang biasanya negatif) hanya karena mereka termasuk dalam kelompok itu (Allport, 1945;Sears, Freedman, & Peplau, 1988; Augostinos&Reynold, 2001). Prasangka adalah antipati yang disebabkan oleh kesalahan dan kekauan dalam generalisasi dan keputusan atau opini yang diterimanya tanpa dilakukan klarifikasi terlebih dahulu (Brown, 1995).

Dasar prasangka dalam hubungan antar pribadi anggota kelompok lebih disebabkan oleh ketidak cocokan dan ketidak pedulian antar sesama anggota kelompok (Monteith, 1996). Ruggiero (1999) menunjukkan bahwa ketidak cocokan individu atau kelompok muncul ketika kelompok minoritas melancarkan setereotip dalam menghadapi kelompok lain yang dipandang lebih tinggi.
Prasangka juga dianggap sebagai pembenaran tanpa bukti (Allport, 1954). Brehm dan Kassin (1990) memasukkan identitas sosial dalam faktor penyebab munculnya prasangka etnik.

F.METODE PENELITIAN
Definisi Operasional Variabel
Prasangka etnis adalah sikap atau evaluasi negatif yang berpengaruh dalam interaksi sosial antara individu dengan individu dari kelompok etnis lain.
Etnis Madura adalah orang atau kelompok orang yang tinggal di Madura maupun di luar Madura, yang secara strategis dan kultur masih mengadopsi nilai-nilai budaya Madura.

Subjek Penelitian & Alat Pengumpul Data
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Subjek yang diteliti adalah pengungsi etnis Madura yang berada di Desa Gunung Rancak, Tragih dan Robatal kecamatan Robatal serta Desa Paopale Laok Kecamatan Ketapang. Kabupaten Sampang Madura. Subjek penelitian dipilih menggunakan metode atau prinsip bola salju (snowball) yang jumlahnya ditentukan oleh keragaman data.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik pengamatan terlibat (participatory observation) dan wawancara mendalam (indepth interview).

Langkah-Langkah Menggali Data
Langkah-langkah konkrit dalam menggali data adalah: a). mengidentifikasi pengungsi yang menjadi korban konflik, b). mengidentifikasi lokasi pengungsian yang memiliki kompleksitas efek konflik, c). mengabstraksikan dinamika prasangka dalam kehidupan pengungsi seharihari, d). mendeskripisikan peran yang dilakukan oleh para pengungsi tersebut dalam kehidupan sosial terutama mengenai sikapnya terhadap etnis Dayak, e). mengiterpretasi dinamika prasangka etnis Madura terhadap etnis Dayak berdasarkan konsep Psikologi Sosial dan budaya Madura.

Analisis data
Data dianalisis dengan teknik verstehen, yaitu dengan cara memahami makna fenomena sosial tersebut, baik dalam kerangka sistem nilai moral maupun budaya.


G.HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi penstereotipan dikalangan etnis Madura dan etnis Dayak, misalnya orang Madura menganggap bahwa orang Dayak itu Kafir dan pemalas, sukanya hidup senang tapi tidak mau bekerja keras. Beberapa faktor yang diduga sebagai akselerator konflik Madura-Dayak, Pertama, antara etnik Dayak dan Madura memiliki budaya yang sangat berbeda. Etnik Madura selaku pendatang tetap berpegang pada budaya Madura walaupun mereka tinggal di Kalimantan. Orang Madura menganggap Kalimantan adalah milik Tuhan sehingga mereka bebas berperilaku apapun asalkan mencerminkan budaya mereka sendiri. Lain dengan orang Madura, orang Dayak menganggap Kalimantan adalah warisan leluhur yang harus dijaga dan tidak boleh dikuasai oleh etnis lain (perbedaan pandangan inilah yang menyebabkan konflik). Kedua, gelombang migrasi mengakibatkan orang Dayak terpaksa meninggalkan tanah yang sebelumnya mereka huni dan garap. Disisi lain etnis Madura dilapangan ekonomi dikenal sebagai agresor yang pandai mencaplok hak-hak ekonomi rakyat setempat. Ketiga, Masyarakat Madura cenderung berkelompok sehingga tidak terjadi asimilasi dengan etnis setempat. Ke-empat, lemahnya sikap aparat keamanan.
Rasa kesal etnis Madura terhadap pembantaian yang dilakukan etnis Dayak selanjutnya memunculkan prasangka-prasangka negatif dan berlanjut pada perilaku balas dendam yang ditujukan kepada orang-orang Dayak yang menikah dengan orang Madura dan mengungsi ke Madura.
Upaya mereduksi prasangka etnik dapat dilakukan dengan asimilasi, keterbukaan aturan-aturan pada tiap-tiap etnik, meningkatkan pendidikan, pemulihan konflik melaui pembangunan jangka panjang, dan perlunya keseimbangan pemanfaatan sember daya antara etnis pendatang dan etnis lokal.

KOMENTAR
A.PEMILIHAN JUDUL PENELITIAN
Pemilihan judul dalam penelitian ini sudah tepat, karena: pertama judul penelitian ini memang layak dan penting untuk diteliti (necessary), kedua, judul dalam penelitian ini didasarkan pada kenyataan dilapangan yang menunjukkan adanya permasalahan. Masalah adalah suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang manimbulkan tanda-tanya dan dengan sendirinya memerlukan upaya untuk mecari suatu jawaban (Guba, 1978). Masalah dalam penelitian ini telah memenuhi definisi yang dikemukakan oleh Guba diatas.



B.PENGGUNAAN TEORI
Pemilihan teori dalam penelitian ini sangat sesuai dengan masalah penelitian, dengan kata lain teori-teori yang digunakan oleh peneliti telah memenuhi syarat sebagai bentuk sensitivitas teori (apreori).

C.METODE PENELITIAN
Lagkah-langlah yang dilakukan oleh peneliti (mengidentifikasi pengungsi yang menjadi korban konflik dan mengidentifikasi lokasi pengungsian yang memiliki kompleksitas efek konflik) sebelum menggunakan teknik snowball untuk penentuan subjek penelitian sudah sangat tepat, mengingat: pertama, mapping dalam penelitian kualitatif merupakan alat bantu dalam memilih dan mengelompokkan subjek penelitian, sehingga subjek benar-benar representative dengan tujuan penelitian, dimana dalam penelitian ini peneliti menggunakan Social Mapping. Menurut Neuman (2003) dalam Koentjoro (2007) ada tiga jenis Mapping, Yaitu Spatial Mapping, Social Mapping dan Temporal Mapping. Kedua, teknik sampling yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah sampel purposive (Koendjoro, 2007). Pemilihan teknik snowball juga sudah tepat mengingat jumlah populasi penelitian yang begitu banyak, penggunaan teknik snowball akan membantu peneliti dalam memperoleh subjek penelitian yang sesuai dengan kriteria dan tujuan penelitian.
Penggunaan observasi dan wawancara mendalam dalam penelitian ini sangat sesuai dengan pendapat Marshall dan Rossman (1989), menurut Marshall teknik-teknik dasar yang digunakan dalam penelitian-penelitian kualitatif untuk mengumpulkan data adalah observasi dan wawancara mendala (indeth interviewing).
Penggunaan observasi selain penggunaan wawancara dalam penelitian ini merupakan kelebihan tersendiri, karena penggunaan observasi dapat digunakan sebagai alat rechecking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh melalui wawancara (Koentjoro, 2007).

D. ANALISIS DATA
Analisis data dengan cara memahami makna fenomena sosial (phenomenology) dari kacamata Psikologi Sosial dan budaya Madura merupakan kelebihan tersendiri bagi penelitian ini. Kelebihan utama dari pendekatan fenomenologis ini adalah bahwa fenomenologi melatar depani pengalaman individual, dan dengan demikian memberikan suatu “ruangan” atau suatu “suara” untuk pengalaman nyata dari orang-orang yang berbeda, yang tidak secara mencukupi diwakili atau dianalisis oleh metode-metode yang menggunakan statistik dari sample yang besar, seperti percobaan terkendali yang dirandom, atau suvey epidemologis.